Selasa, Januari 19, 2010

Korupsi

Sebuah Cerpen Putu Wijaya


Kepala Sekolah itu menjadi pusat kebencian banyak orang. Para pegawai, guru-guru, murid, orang tua murid, bahkan juga tukang kebun dan penjual lontong di sudut halaman sekolah ikut marah.
Mereka bisik-bisik sambil memoncongkan mulutnya, gara-gara Kepala Sekolah itu lambat sekali menyelesaikan pembangunan sekolah. Sumbangan yang telah dikumpulkan hampir sepuluh tahun dari penduduk sendiri, maunya segera berwujud. Nyatanya harus menunggu, harus menunggu.
"Entah apa yang ditunggu lagi, jangan-jangan uang itu sudah dia bungakan," kata mereka.
Kepala Sekolah akhirnya tahu, "kebijaksanaan"-nya sedang disangsikan. Untuk segera menjernihkan suasana, ia memanggil seluruh pegawai, para orang tua murid, bahkan para pejabat setempat untuk diberikan penjelasan.
"Saya berusaha sebaik mungkin supaya dana yang sudah dikumpulkan dengan jerih payah yang luhur ini benar-benar ada manfaatnya. Agar dengan uang kita kumplkan ini benar-benar dapat didirikan sebuah sekolah yang sesuai dengan kebutuhan kita. Tahan lama, sehat, baik, serta jga sesuai nilainya dengan nilai sumbangan ini sendiri. Jadi harap semuanya maklum, bahwa semua ini saya lakukan untuk kebaikan."
Kepala Sekolah itu kemudian menyodorkan bukti-bukti. Kuitansi, surat-surat, rencana, bahkan juga gambar-gambar secara terinci. Tak seorang pun dapat membantah bagaimana jujur, jelas, dan meyakinkannya bukti-bukti itu. Semuanya tak bisa mendakwa lagi. Malahan seseorang kemudian muncul dan minta maaf, agar Kepala Sekolah itu meneruskan rencana yang bersih itu dan tidak terganggu oleh kasak-kusuk.
"Bisik-bisik itu biasa, akan selalu ada, namanya saja manusia, tapi teruskan saja, kami sudah melihat bukti kebersiahan rencana Bapak," ujarnya.
Tak lama kemudian, dengan lamabat, teratur, tetapi pasti, pembangunan gedung sekolah itu dimulai. Dan sesuai dengan rencana yang ada di tangan Kepala Sekolah -- meskipun sudah terlalu kasep bagi orang lain—akhirnya berdiri sebuah bangunan sekolah yang ideal.
"Dengan uang yang sekecil itu, tak seorangpun dapat membangun gedung sekolah yang ideal, bagus, kokoh, dan sempurna seperti ini," kata para orang tua murid.
Mereka semua takjub. Lalu sama-sama memuji kejujuran Kepala Sekolah itu.
Kampung-kampung lain iri oleh keberhasilan Kepala Sekolah. Akan tetapi keirian itu tak lama. Ketika Kepala Daerah mengadakan peninjauan, terjadilah keonaran baru. Kepala Daerah yang merasa tergugah lalu segera memutuskan untuk memberikan dana mendirikan gedung-gedung sekolah yang sama bagusnya dengan gedung sekolah baru tersebut. Gedung tersebut dianggap sebagai tipe ideal. Tetapi karena kampung itu sendiri sedah memiliki sebuah sekolah yang bagus, dana untuk kampung itu dirasa tidak perlu diturunkan lagi.
Segera kemudian kampung-kampung di sekitar mendirikan gedung sekolah baru. Gedung sekolah lama yang mereka miliki dijebol. Di atasnya dibangun sesuatu yang ideal. Pembangunan ini membuat kampung pertama menjadi iri. Mereka tiba-tiba merasa diperlakukan tidak adil. Para orang tua, guru-guru, bahkan juga murid-murid mulai lagi kasak-kusuk. Sekarang yang mereka keluhkan lain.
"Lihat!" ujar mereka dengan perih. "Karena kejujuran, akhirnya kita tidak dapat apa-apa. Orang lain membangun, kita sendiri malah dibiarkan."

Beberapa orang bahkan menyerang secara terang-terangan. "Terlalu banyak tingkah sih," kata mereka. " Kejujuran saja tak cukup.

Beberapa orang bahkan menyerang secara terang-terangan. "Terlalu banyak tingkah sih," kata mereka. "Kejujuran saja tak cukup. Coba dulu bangun saja cepat-cepat seadanya, pasti gedung itu sudah rapuh sekarang. Dan kalau sudah rapuh, Kepala Daerah pasti tidak akan menahan biaya itu buat kita. Sekarang gara-gara aksi ingin memerangi korupsi, kita semua jadi korban."
Kepala Sekoalh yang jujur itu tertegun. Ia memang telah berusaha setengah mati untuk mempergunakan uang itu sebaik mungkin, sejujur mungkin. Kenapa ia musti mendapat tuduhan terus?
Akhirnya ia tak tahan lagi. Ia segera mengundang kembali semua orang. Dalam pertemuan itu ia maju ke depan dan berbicara dengan mata berlinang. "Saudara-saudara, Bapak-bapak, dan Ibu-ibu," katanya dengan sedih.
"Saya mendirikan gedung sekolah ini benar-benar dengan maksud untuk memberikan sebuah gedung yang layak buat anak-anak kita. Sama sekali bukan untuk melawan korupsi. Bukan untuk melawan korupsi! Tolong catat ini! Saya tidak punya tujuan sebesar itu. Usia korupsi sudah begitu tua dan dia begitu besar, itu problem yang maha besar, saya tidak akan mampu melawannya. Jadi jangan mengira saya punya tujuan yang seluhur itu. Tidak. Saya hanya ingin berbuat baik untuk ketenangan saya sendiri, sebab saya cinta pada anak-anak…."
Tak ada yang mendengarkan pidatonya. Satu per satu hadirin keluar meninggalkan dia. Pada akhirnya Kepala Sekolah itu hanya tinggal sendirian dengan pesuruh sekolah yang mulai mengumpulkan gelas-gelas minuman.
"Kamu juga menuduh saya mengerjakan semua ini untuk melawan korupsi?" tanya Kepala Sekolah.
Pesuruh itu terhenyak. Tapi kemudian sambil lalu tak sengaja ia mengangguk.

12 komentar:

Unknown mengatakan...

salam sahabat
pertamaxxx ga ya???
ehm bicara korupsi jengkel dech hiks..hiks..tapi baca korupsi di sisni saya nyengir hiks..hiks..btw saya ganti ganti baju karena kena galat kalo ga ganti susah sementara blog ga bisa di buka,insyaAlah terakhir dan untk selamanya yg ini meski banyaaaakkkk kurangnya..good luck ya

Unknown mengatakan...

yes..pertamaxxxx.....he...he..
semoga ukuhuwah ini membawa berkah amien pamit ya..good luck

ummy nafie mengatakan...

pertama mbak.. thx dh cubit aq.hehe.. bagus kok baju barux. tp dh dcuci lum? :D

Unknown mengatakan...

yang ketigaxxxxx...konfirmasi links aya kok ga ada di sini he..he.. tukeran ya....sekarang pamit beneran jadi kerasan di sini he..he..good luck

ummy nafie mengatakan...

wakakak..kok malah bhitung c?! dh q add tu mbak.. :D

Mozilla Firefox 3.6 RC2 BETA Download mengatakan...

Panjang amat, baca2 dulu deh

sarah mengatakan...

ternyata cerpen ringan ini enjoy ya di bacanya

SAIFUDDIN mengatakan...

KAPAN YA DI INDONESIA INI BEBAS DARI KORUPSI BIAR SENANG RAKYAT2 KECIL KEK KITA2 INI HEHEH

etika mengatakan...

cerpennya mantap mbak yun,,
semangadddddddddddd

den-adnan mengatakan...

komen di tempat sahabatku yang paling cantik.....

HAPIA Mesir mengatakan...

korupsi tidak hanya membuat bangsa terpuruk...tapi juga harga diri seseorang jadi jatuh...

rzk mengatakan...

BASMI PARA KORUPTOR JAHANAM!!!
slm kenal sobat,...

Posting Komentar

TAFADZOL-TAFADZOL!!!