Menurut Paman Guru, mereka hanya menutupi luka yang menganga dimana-mana. Luka karena tak bisa jadi WAKA, ditambah lagi gaji yang kadang-kadang tak mencukupi untuk sekedar menyenangkan anak istri. Begitulah kata paman, bahwa segalanya dalam hidup ini hanya sebuah persimpangan. Milih jalan itu atau jalan yang lain, ya…hasilnya akan sama saja. Toh pada kenyataannya mereka akan tetap hidup, tua, dan kemudian mati. Sebuah rutinitas yang tak menyisakan apapun kecuali kejenuhan yang diselingi tawa dan canda.
Barangkali pemikiran itulah yang membuat hidup paman bagai tanpa beban. Melayang kemari sambil sapa kanan kiri, serta sesekali menengok ke belakang, siapa tahu ada yang ketinggalan.
Paman pun terus melanjutkan perjalanan. Hingga pada suatu saat, tiba-tiba kutemui paman tengah menundukkan kepalanya dalam-dalam, menutup kedua matanya dengan tangan-tangan keriput miliknya. Ada apa gerangan dengan paman, mengapa kali ini dia kelihatan menjadi seorang pemurung, seorang yang putus asa. Sungguh, suatu pemandangan yang mengejutkan menyaksikan rona wajahnya yang tak bersinar seperti biasanya. Dan baru kusadari bahwa pipinya juga basah dengan air mata.
Dengan cara memaksa, akhirnya aku berhasil mengajaknya berbicara. Dan…ha…ha… rasanya aku tak kuat menahan tawa ketika kudengar cerita singkatnya. Paman…paman… hanya diprotes begitu saja kok sedih bukan main. Bukankah paman juga tahu bahwa begitu banyak orang yang menghabiskan waktu, tenaga, bahkan imannya untuk mengais uang-uang sampah sampai milyaran rupiah, toh mereka tak pernah merasa bersalah. Tapi dia, paman satu ini sampai rela banyak meluruhkan air mata hanya karena sering terlambat 10-15 menit masuk kelas sebab memang kendaraan umum di kota kecil ini begitu sulit didapatkan. Atau pernah beberapa kali memberi tugas oleh karena encoknya tak dapat diajak kerjasama. Namun memang harus dimaklumi. Siapa yang peduli dengan alasan-alasan kecil seperti itu. Bukankah tujuan pendidikan takboleh diabaikan oleh hal-hal sepele macam demikian? Bisa-bisa generasi mendatang hanya menjadi generasi yang pasif, berpikir lurus, bahkan terpaksa harus rela disebut generasi pinggiran yang memang seharusnya dipinggirkan. Oh….tidak! Hal itu tak boleh terjadi di negeri ini. Mereka harus menjadi otak-otak brilian yang mampu memanfaatkan peluang dan kesempatan.
Setelah kejadian itu, tak lagi kulihat paman dengan tas tuanya berjalan mengejar angkutan. Tak pernah kutemui senyum dan lambaian tangannya ketika bersua denganku di kios Koran ujung jalan. Dan entah mengapa aku menjadi merindukan langkah-langkah lelahnya yang dengan penuh semangat pulang ke rumah.
Baru beberapa minggu kemudian kudengar kabar bahwa paman telah mengundurkan diri dari pekerjaan yang katanya dulu sangat dicintainya. "Paman sangat terpukul mendengar protes yang ditujukan untuknya", kata salah satu penjaja koran yang juga menjadi satpam di sekolah paman. Aku merasa sayang dengan keputusan yang kunilai tidak bijaksana itu. Masak sih cuma karena hal kecil begitu paman harus kehilangan sumber penghasilan. Sungguh sangat tak adil bagi istri dan anak yang sangat bergantung padanya.
Sebenarnya sudah berkali-kali aku punya niat untuk mengunjunginya. Ingin kutanyakan padanya, mangapa dia sampai berbuat tolol demikian. Tindakan seperti itu menurutku hanya mengada-ada dan tidak berpikir panjang. Apakah memang watak paman yang egois, getas, atau bahkan skeptis? Tapi yang kukenal selama ini bukanlah pribadi seperti itu. Setiap kutatap matanya, jika kebetulan ngobrol dengannya, aku tahu bahwa bara juang terus membara meski kadang-kadang lelah dan pikiran buntu karena tak punya uang untuk bayar utang, kerap meredupkan api itu. Tapi aku yakin, bahwa api itu tidak akan pernah bisa dipadamkan, oleh apapun juga. Apapun! (Mustagfiroh)<
Rabu, April 14, 2010
PAMAN GURU....!!!
Label:
Majalah Alhikmah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
6 komentar:
Kisah yang mengharukan. Semoga para pemimpin di negeri ini membaca posting ini.
Salam ukhuwah
Wah manstab sekali ceritanya,,, enak baca cerita sambil nyemil roti di temani secangkir teh dan sebatang smoke nie. wleh,,wleh,,, Comen back ya sob on Tips menyembunyikan Navbar Bawan blogger.
Ditunggu ya,,...
terimaskasih
sekdar informasi sob.
kok postingannya begitu ya ?? ga' ada jarak antar paragraf dan rata kiri kanannya.. di edit lagi tu sob.. biar lebih enak dibaca... maaf sebelumnya..
@ BeDa
memang para pemimpin negeri ini mustinya baca kisah2 macam ni..biar bisa buat cermin.
@ Rif | web
no smoking area sob.. hehehee..
@ Bukan Sekedar Blogger Bertuah
wkwkwkkwkw...iza mas..kemaren buru2 postingx, pe lupa ngedit lg. abis posting jg g qcek. thx udah diingetin.
Posting Komentar
TAFADZOL-TAFADZOL!!!