Minggu, November 08, 2009

RAHMAT DI BALIK MUSIBAH

Suatu ketika, Luqmanul Hakim mengajak putranya masuk kampung keluar kampung untuk suatu keperluan. Setelah menempuh perjalanan beberapa waktu lamanya, sampailah mereka di gurun pasir yang luas dan sepi.
Seperti biasa, bila sedang bepergian, Luqman selalu memberikan pelajaran kepada putranya. Ia mengajarkan tentang hakikat kehidupan yang dijalani manusia dengan segala aspeknya. Entah karena kurang hati-hati atau karena terlalu asyik berbincang-bincang dengan ayahnya, putra Luqman menginjak tulang rahang bangkai unta. Tulang unta yang keras itu menembus telapak kakinya. Darah pun mengucur deras. Mereka tidak bisa meminta pertolongan karena tidak ada orang lain di gurun itu selain mereka.
Namun, Luqman adalah seorang ahli hikmah. Ia senantiasa menganggap peristiwa yang menimpa dirinya dan keluarganya adalah sebuah ketetapan dari Allah SWT. Oleh karena itu, dengan tenang dan lembut ia berkata kepada putranya," Anakku, bersabarlah atas derita yang engkau alami, jangan mengeluh sedikit pun! Peristiwa ini sudah menjadi ketetapan Allah yang paling baik untuk kita dan kita harus menerimanya dengan penuh keikhlasan. Siapa tahu di balik musibah ini terdapat rahmat yang besar."
Mendengar nasihat ayahnya, sang Putra tersenyum berusaha menahan sakit. " InsyaAllah saya kuat menanggung musibah ini, Ayah. Jadi ayah tidak perlu cemas" katanya.
Karena musibah itu, perjalanan Luqman dan putranya tertunda. Mereka terpaksa memasang tenda dan bermalam di padang pasire itu. Keesokan harinya ketika sedang membersihkan luka anaknya, Luqman melihat gumpalan awan hitam nun jauh di sana.
" Apa itu, Ayah?"
" Entahlah. Hanya Allah yang tahu" jawab Luqman.
Gumpalan awan itu begitu pekat. Luqman dan putranya hanya bisa memandang sampai awan tersebut lenyap dari pandangan mereka. Hati mereka bertanya-tanya apa gerangan yang terjadi di sana..
Luqman dan putranya harus tinggal di gurun pasir itu selama beberapa hari. Setelah luka putranya sembuh, Luqman bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan.
" Sekarang kita akan ke mana, Yah?"
" Ke kampung sebelah sana", kata Luqman sambil menunjuk ke suatu arah.
" Bukankah awan hitam tempo hari itu muncul dari sebelah sana?"
" Benar." kata Luqman. "Ayo kita berangkat!".
Setelah menempuh perjalanan sehari semalam, sampailah mereka di tempat yang dituju. Alangkah terkejutnya mereka melihat kondisi kampung yang telah porak-poranda. Mereka segera sadar kalau awan hitam yang mereka lihat tempo hari adalah bencana yang menimpa kampung ini.
Luqman berkata kepada putranya, " Anakku, inilah rahmat di balik musibah yang kita alami di padang pasir itu. Seandainya kita tidak mengalami musibah itu, tentu kita mengalami nasib yang sama dengan penduduk kampung ini. Bersyukurlah kepada Allah. Dia telah menghindarkan kita dari musibah yang dahsyat ini."@

0 komentar:

Posting Komentar

TAFADZOL-TAFADZOL!!!